BBM Naik Lagi!!!!!!

Sabtu, 10 Mei 2008 | 00:26 WIB

Jakarta, Kompas - Sejak pemerintah mengumumkan rencana kenaikan harga bahan bakar minyak, rata-rata konsumsi premium dan solar nasional melonjak 5-18 persen. Pertamina berupaya mengendalikan konsumsi dengan membatasi pasokan ke stasiun pengisian bahan bakar untuk umum atau SPBU.

Kepala Divisi Humas PT Pertamina Wisnuntoro, Jumat (9/5) di Jakarta, mengatakan, laporan dari berbagai daerah menunjukkan, seminggu terakhir terjadi peningkatan penjualan BBM di SPBU. Kenaikan paling tinggi sebesar 18 persen terjadi di Surabaya.

Menurut Wisnuntoro, kondisi yang sama terjadi menjelang kenaikan harga BBM, Oktober 2005. ”Konsumsi BBM nasional melonjak hampir 10 persen. Kalau ini terus dibiarkan sampai akhir bulan, konsumsi BBM bulan Mei akan melejit,” katanya.

Deputi Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina Hanung Budya menambahkan, fenomena menyimpan BBM memang selalu terjadi menjelang kenaikan harga. ”Masyarakat memang begitu. Kalau bisa, malah beli pakai ember,” ujarnya.

Melihat kecenderungan kenaikan penjualan di hampir seluruh kota di Indonesia, Pertamina mengambil langkah antisipatif. ”Kami membatasi penebusan oleh SPBU, permintaan di atas normal tidak akan diberikan,” ujar Hanung.

Kenaikan konsumsi BBM juga mengakibatkan Pertamina menambah jumlah impor premium. Namun, Hanung tidak mau menyebutkan kenaikannya.

Inflasi
Ekonom M Chatib Basri memperhitungkan kenaikan harga BBM akan berkontribusi langsung pada inflasi selama sebulan pascakenaikan sebesar 2,5 persen hingga 3 persen. Kenaikan harga BBM akan membuat masyarakat mengurangi konsumsi BBM selama sekitar tiga bulan pascakenaikan sebagai bagian dari reaksi penyesuaian.

”Pascakenaikan, penyelundupan BBM juga berkurang. Karena konsumsi dan penyelundupan berkurang, impor BBM turun, neraca perdagangan menguat, nilai tukar rupiah menguat sehingga turun,” ujar Chatib.

Setelah inflasi sempat terdorong naik pascakenaikan harga BBM dan melemah kembali sebagai reaksi perekonomian masyarakat, Chatib memperhitungkan, kenaikan harga BBM itu akan menyumbang inflasi 1,8-2,5 persen pada akhir tahun 2008.

Namun, Chatib mengingatkan, dampak kenaikan harga BBM bisa lebih besar jika faktor ekspektasi menjadi tak terkendali.

”Setelah diumumkan harga BBM akan naik, jika realisasi kenaikan itu ditunda terlalu lama, bisa saja terjadi harga barang sudah dinaikkan sebelum kenaikan BBM, dan lantas dinaikkan lagi setelah BBM naik,” ujarnya.

Tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM, menurut Chatib, dapat ditekan lebih rendah jika otoritas moneter dapat menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Laju inflasi juga amat dipengaruhi oleh stabilitas harga pangan.

”Kebijakan harga hanya bersifat jangka pendek. Dalam jangka menengah, stabilisasi harga pangan membutuhkan kepastian adanya suplai pangan yang cukup. Untuk itu, produktivitas pertanian harus naik,” ujarnya.

Berbagai persiapan
Sampai kemarin, berbagai persiapan menjelang pengumuman kenaikan harga BBM terus dilakukan. Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Migas Eri Purnomohadi mengatakan, persiapan itu mencakup revisi Perpres Nomor 55 Tahun 2005 tentang Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak Dalam Negeri dan Perpres Nomor 71 Tahun 2005 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Jenis Bahan Bakar Tertentu.

Hasil rapat pembahasan di Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, yang dilakukan kemarin sore, dilaporkan kepada Wakil Presiden pada malam hari. Pemerintah rencananya akan menggelar rapat kabinet untuk membahas kenaikan harga BBM, Senin depan.

Aksi borong
Menjelang kenaikan harga BBM, di berbagai daerah masyarakat menyerbu SPBU dan memborong BBM bersubsidi. Menurut pemantauan Kompas, aksi borong terjadi di Banjarmasin, Palangkaraya, dan Pontianak. Sementara di beberapa kota lain, seperti Yogyakarta, Tegal, dan Jambi, akibat lonjakan pembelian, sebagian besar SPBU mulai kehabisan persediaan premium dan solar.

Di Nusa Tenggara Timur, terutama di Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur, dan Manggarai Barat, minyak solar bahkan terbilang langka. Kelangkaan terjadi akibat berkurangnya pasokan dari Depot Pertamina Reo, pesisir utara Kabupaten Manggarai, ke sejumlah SPBU untuk tiga kabupaten tersebut.(FUL/WHY/CAS/ITA/CHE/WIE/SEM/ENY/RYO/DAY/DOT)

imut wrote:Di pondok kita juga kena dampaknya...
Uang dapur naik lagi dari Rp. 150.000,-/bulan menjadi Rp. 160.000,-/bulan (3 x makan)

Hari Kebangkitan Nasional ternyata bukan bangsanya yang bangkit.
Tapi harga2 sembako makin melambung..

Kita sama2 do'a...
Smoga tragedi Mei '98 itu benar2 tidak terjadi..
Meskipun harga kebutuhan makin tinggi..

Amien...