FORUM ROSES
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Lembar Mawas-nyah Nadhief

2 posters

Go down

Lembar Mawas-nyah Nadhief Empty Lembar Mawas-nyah Nadhief

Post by ova Sun May 11, 2008 2:08 am

Berhubung orangnya gk pernah nongol entah kemana (*kyk elo nongol terus, va!!!*) maka gw kutip beberapa tulisan Nadhief dari blog-nya, http://nadhief.blogspot.com

Enjoy his remarkable words . . .
And don't forget to visit his blog!!!


Terakhir diubah oleh ova tanggal Sun May 11, 2008 2:12 am, total 1 kali diubah
ova
ova
Master
Master

Jumlah posting : 67
Age : 39
Lokasi : Rembang
Registration date : 09.05.08

http://aftasta.blogspot.com

Kembali Ke Atas Go down

Lembar Mawas-nyah Nadhief Empty Re: Lembar Mawas-nyah Nadhief

Post by ova Sun May 11, 2008 2:11 am



Malam-malam Kita


Ada beberapa orang yang sangat membenci malam, aku pikir. Mereka tidak mempermasalahkan kegelapannya, atau udaranya. Mereka hanya lebih mempertimbangkan untuk tidur daripada harus tiba-tiba terkejut mendengarkan suara gaduh-tengah-malam yang biasa timbul akibat ulah-ulah kita. Aku tidak menyalahkan orang-orang macam begitu. Aku bisa memahami sikap mereka. Aku bisa membayangkan bagaimana harus jadi seorang tua yang tak lagi punya jiwa muda dan semangat untuk bertahan hidup menantang petaka. Aku sering melihat orang-orang macam begitu di banyak tempat di sudut kota bangsat ini.

Mereka semua takut pada kekacauan, huru-hara, ketidakteraturan. Susah jadi orang renta. Semua serba jadi kelabu. Mereka menginginkan ketenangan; lucu sekali. Ya, aku pikir itu sangat lucu sekali. Kalau kau butuh tenang, Pak Tua, pergilah ke pekuburan, gali lobang makammu malam-malam sendirian, tanpa menimbulkan suara, lalu sayatlah nadi di lengan kirimu. Kusarankan kau pakai silet yang tajam, begitu kataku suatu saat pada Pak Tua penjaga pintu.

Orang yang satu ini sangat memuakkan. Dia seperti tidak punya otak. Tidak bisakah dia membayangkan apa sebetulnya pekerjaannya? Apa dia tidak tahu untuk apa dia dibayar? Jam sembilan sore dia sudah menggedor-gedor (aku bertanya-tanya, siapa jadinya yang bikin ribut?) pintu apartemen kita, berteriak tak keruan, mengatakan sesuatu tentang tutup mulut, matikan musik dan bubarkan pesta. Dia bilang kita akan mengganggu para tetangga. Oh, kau pikir aku ini anak muda tak punya otak, Pak Tua? Kau mengingatkanku pada wanita tua tetanggaku di kampung dulu, yang seringkali meminta makanan dengan alasan anaknya lapar, padahal semua orang tahu dialah yang kelaparan. Wanita tua itu memang rakus. Sama seperti Pak Tua yang satu ini.

Tapi aku tidak marah. Aku bisa memahaminya. Sebagaimana aku selalu memberi wanita tua tetanggaku di kampung dulu makanan yang dia minta, aku pun memberi apa yang diminta oleh Pak Tua; kututup mulutku, kumatikan sound systemku, dan kusuruh kau mengenakan baju luarmu.

Pak Tua itu pasti masih saja mengomel-ngomel saat menuruni tanggal. Aku bisa mendengarnya dengan jelas. Aku tidak mengeluh, walau semua orang tahu siapa sebetulnya yang bikin gaduh. Nyatanya, hanya orang-orang renta saja yang menyalahkanku.

Dan aku tahu mengapa.

Kota ini memang bangsat. Tapi aku tidak marah. Kota ini telah memberiku banyak hal; vodka tradisional yang hangat, marijuana yang harganya murah dan mendapatkannya sangat mudah (kita tinggal bertanya pada polisi-polisi yang nongkrong di perempatan-perempatan jalan), gadis yang enak diajak bicara dan bertukar pikiran.

Kau.

Terakhir, Sayang, suatu saat akan kulanjutkan tulisanku ini. Malam sudah habis. Cahaya pertama hari ini sudah muncul. Sudah saatnya bubarkan pesta. Kau tampak kelelahan, seperti biasa di saat subuh. Baiklah, baiklah. Lelaplah kau lelaplah. Sini, sini, di pangkuanku. Kita tak boleh mengganggu orang-orang tua yang mulai bangun itu.

Maka lelaplah kau di pangkuanku dan aku di pangkuanmu.

29 Oktober 2007
ova
ova
Master
Master

Jumlah posting : 67
Age : 39
Lokasi : Rembang
Registration date : 09.05.08

http://aftasta.blogspot.com

Kembali Ke Atas Go down

Lembar Mawas-nyah Nadhief Empty Re: Lembar Mawas-nyah Nadhief

Post by ova Sun May 11, 2008 2:18 am



Badui

Aku keluar rumah tadi malam, memasuki badai. Anung tidak enak badan, dan aku harus membeli obat untuknya, sebagai seorang kawan yang baik. Dingin benar malam itu. Suhu yang rendah dan angin yang melabrak-labrak. Dan aku yang harus menggigit gigiku sendiri agar tak terlalu menggigil. Lalu sebuah sekuel:

Dua orang Badui menyalakan sebuah api unggun kecil di pinggir jalan, dekat halte bus Gami', mencoba melawan dingin sambil menjaga sekawanan domba mereka.

Cut!

Apa tidak ada yang salah? Bukannya adegan semacam itu hanya ada di pinggiran sahara, tepi gurun?

Dua orang Badui, sebuah api unggun, sekawanan domba, suhu yang rendah dan angin yang menampar-nampar, memberiku perasaan bahwa aku kini berada di sebuah tempat yang tak bisa dijamah tangan kemoderenan, sebuah tempat di masa lalu.

Aku bertanya-tanya dalam hati, sambil menggigil, "Apakah orang Badui itu mengenal Santiago? Apa mereka berdua tahu bahwa salah seorang sesepuh mereka bukanlah penyihir tapi alkemis?"

Tapi aku makin menggigil. Action!

Kulanjutkan perjalanan, menuju sebuah apotek di dekat halte--juga dekat sekawanan domba yang sedang beristirahat. Kulirik dua orang Badui itu: mereka kini menyedu sepoci teh. Lalu seorang dari mereka mulai melantunkan lagi padang pasir yang keras,

"In rumta ila syarafin maruum!!
Fala taqna' bima dunan nuguum!!"


Yang satu melanjutkan,

"Fa tho'mul maut fi amrin haqiir
Ka tho'mil mauti fi amrin 'adhiim."


Aku mempercepat langkahku, seakan mengejar sebuah ingatan. Seperti aku pernah mendengar syair itu. Tapi ini berbeda: pemiliknya sendirilah yang mengucapkan syair itu. Dengan nadanya, dengan logatnya, dengan iramanya, dengan suasana mistisnya.

Aku lalu menghilang, mencoba menelusup ke dalam sebuah kesadaran:

"Kalau kau hendak mengejar mulia
Takkan puas kau pada selain gemintang.

Rasanya mati demi perkara sepele
seperti rasanya mati demi urusan agung."


"Maka, mari kita habiskan teh kita malam ini! Dua hari lagi kita takkan bisa membawa pulang domba-domba ini utuh," kata si Badui.

"Ya, akan ada yang mati," jawab si Badui yang lain.

"Demi urusan agung!"

"Demi pengorbanan!"

"Tak seperti kita," kata si Badui.

"Tak seperti kita, jawab yang lain.

"Tak seperti kita," bisikku pada rembulan yang ngumpet.

Jum'at, 29 Desember 2006.
Selamat Hari Raya Idul Adha
.
ova
ova
Master
Master

Jumlah posting : 67
Age : 39
Lokasi : Rembang
Registration date : 09.05.08

http://aftasta.blogspot.com

Kembali Ke Atas Go down

Lembar Mawas-nyah Nadhief Empty Re: Lembar Mawas-nyah Nadhief

Post by agusromli Mon May 12, 2008 3:14 am

Saya berjumpa terakhir dengan saudara saya seiman dan seagama nadhif dua bulan lalu, saat saya diajak oleh dia ngobrol di kafe depan pintu gerbang Universitas AlAzhar. Saya ditraktir, dibelikan tokmiyyah fil Bait ampek kenyang. Enak dhief, sayang jasku belum dikembalikan hauhauahuahua

Belakangan memang beliau sedang berkontemplasi dengan alam. Biarlah beliau tenang di dunia lain, mendaki lika-liku kehidupan yang kian mencekam...! HIiii seremm
agusromli
agusromli
Masih Baru
Masih Baru

Jumlah posting : 15
Age : 39
Lokasi : Banyuwangi
Registration date : 11.05.08

http://www.agusromli.com/

Kembali Ke Atas Go down

Lembar Mawas-nyah Nadhief Empty Re: Lembar Mawas-nyah Nadhief

Post by Sponsored content


Sponsored content


Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas


 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik